Thursday, 23 July 2015

Berpartisipasi dalam Otonomi Daerah


Adanya otonomi daerah telah menimbulkan hal-hal baru khususnya di daerah,baik ditingkat kabupaten maupun provinsi.Hal ini karena terkait dengan kebijakan yang dihasilkan baik ditingkat pusat maupun daerah.

1.      Contoh-contoh Pelaksanaan Otonomi daerah.
Beberapa hal yang terjadi dengan adanya otonomi daerah antara lain :
a.       Dipilihnya anggota DPD yang merupakan anggota MPR utusan dari daerah.
b.      Terbentuknya Badan Perwakilan Desa di desa-desa dengan pemilihan secara langsung.
c.       Adanya pemekaran wilayah dengan terbentuknya provinsi, kabupaten, kecamatan, maupun desa baru.
d.      Adanya penggabungan wilayah terhadap yang tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan otonomi daerah.
e.       Dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati tentang pengangkatan Kepala Dinas Kabupaten, Kepala Sekolah, Kepala Desa, dan sebagainya.
f.       Beralihnya status Pegawai Negeri Sipil dari pegawai pusat menjadi pegawai daerah.
g.      Dikeluarkannya Peraturan Desa (Perdes) sebagai keputusan dari Kepala Desa dan Badan PerwakilanDesa (BPD).
h.      Menggalakkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
i.        Daerah menerima pajak dengan prosentase yang lebih besar daripada yang diterima pusat.
j.        Diterapkannya pemilihan bupati secara langsung.
2.  Partisipasi masyarakat dalam Otonomi Daerah.
Dalam rangka menyukseskan pelaksanaan otonomi daerah, peran serta masyarakat secara aktif sangat diharapkan. Hal ini bisa diwujudkan dengan mendukung sepenuhnya program-program yang terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah. Beberapa diantaranya adalah :
a.       Secara aktif ikut menyukseskan kegiatan pemilhan, seperti pemilihan gubernur, bupati/wali kota, DPD, kepala desa, dan anggota BPD. Keikutsertaan dapat diwujudkan dengan menggunakan hak pilih, terlibat dalam kepanitiaan, maupun ikut menjaga kelancaran pelaksanaannya.
b.      Rajin membayar pajak khususnya pajak yang terkait dengan pendapatan asli daerah, seperti pajak air minum, retribusi, dan sebagainya. Dengan meningkatnya pendapatan asli daerah diharapkan pembangunan daerah pun meningkat.
c.       Mendukung adanya pemekaran ataupun penggabungan wilayah apabila hal tersebut merupakan hal yang terbaik dilakukan.
d.      Menghormati pejabat yang dihasilkan dengan pemilihan, seperti gubernur, bupati/walikota, anggota DPD, anggota BPD, anggota DPRD, lurah,dan sebagainya.
e.       Mendukung program-program pemerintah daerah.
f.       Mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
3. Kurangnya pertisipasi Masyarakat dalam Otonomi Daerah.
Ada kemungkinan bahwa masyarakat tidak aktif dalam pelaksanaan otonomi daerah dengan alasan antara lain :
a.       Diabaikan keberadaan kelompok setempat dalam suatu wilayah dan tata aturan setempat sehingga rakyat tidak memperdulikan segala aturan dan keberadaan pemerintah.
b.      Masyarakat akan cenderung semaunya saja dalam menerapkan kebudayaan.mereka mengadakan perubahan sikap dan juga pola pengelolaan yang bersifat individualis. Hal ini terjadi jika tidak ada pengakuan keberadaan masyarakat setempat dalam suatu kebudayaan dan kekuatan politik serta kepercayaan dalam penyerahan pola pengelolaan sumber-sumber alam mereka.
c.       Sikap proaktif pemerintah untuk mengenal situasi, kondisi, dan tradisi setempat perlu dilakukan. Karena jika politik dan kebudayaan dijadikan ajang oleh kekuatan diluar masyaarakat setempat akan berkaibat pemerintahan tidak ada artinya dalam menyerap aspirasi rakyat setempat.
d.      Adanya nepotisme dan kolusi yang berkombinasi dengan faktor-faktor kebudayaan merupakan problem mendasar yang mempengaruhi tidak terbentuknya otonomi daerah.
e.       Produk hukum sudah tidak mampu tampil sebagai pranata formal.
f.       Sumber daya manusia yang kurang berkualitas.
g.      Ketidak pedulian masyarakat akan lingkungan di daerah dan tatanan daerah dimana mereka berada.
h.      Pengembangan kualitas sumber daya manusia dan sikap mental serta kaderisasi pemimpin bangsa tidak berjalan sebagaimana mestinya.
i.        Adanya kelompok negativisme yaitu kelompok yang mengakibatkan terwujudnya gejala, perilaku, sikap, dan pandangan negative dalam merespon suatu kebijakan atau situasi tertentu.

Load comments