Saturday 25 July 2015

Sikap Terhadap Globalisasi


Globalisasi tidak dapat dielakkan. Tetapi, globalisasi bisa dihadapi denga strategi tertentu. Menurut Joseph E. Stiglitz, strategi menghadapi globalisasi yang terpenting adalah mengelola globalisasi itu. 

Sementara itu, Thomas L Friedman menguraikan pandangannya tentang cara menghadapi globalisasi melalui analog menarik, sebagaimana judul bukunya Lexus and The Olive Tree. Lexus adalah sebuah merek mobil Jepang yang mewah, dan Olive Tree adalah nama sebuah pohon yang tumbuh di Jerusalem. Kalau Lexus adalah simbul negara maju dan Olive Tree simbul negara-negara sedang berkembang, ia menyarankan agar Olive Tree itu harus memiliki akar yang kokoh untuk dapat bersaing dengan Lexus. Kalau Olive Tree tidak memiliki akar yang kuat, ia tidak akan mampu menghadapi globalisasi.
Belajar dari pandangan kedua ahli tersebut, pilihan kebijakan yang sesuai bagi bangsa Indonesia adalah berusaha mengelola globalisasi sebaik-baiknya.
1. Mengelola Globalisasi
Dalam mengelola globalisasi, salah satu upaya yang perlu dilakukan, adalah merumuskan kebijakan politik luar negeri yang lebih realistis dan konstruktif. Untuk itu diperlukan kebijakan politik dan hubungan luar negeri yang :
a. Menegaskan kembali ASEAN sebagai pilar utama politik luar negerinya. Penempatan ASEAN pada prioritas utama perlu dinyatakan secara tegas mengingat bahwa pada masa pemerintahan sebelumnya terkesan hubungan dan politik luar negeri kita belum focus. Bahkan, sempat ada keraguan dari negara-negara mitra dan juga pihak-pihak didalam negeri mengenai pentingnya ASEAN bagi bangsa Indonesia.
b. Memfokuskan perhatian Indonesia pada kebutuhan untuk mengembangkan interaksi dan hubungan baik dengan Jepang, Korea Selatan, Cina dan India. Hubungan dengan negara-negara tersebut tidak hanya penting dari segi jumlah nilai perdagangan semata, tetapi juga menyangkut kualitas komoditi yang diperdagangkan. Hubungan tersebut sekaligus merupakan antisipasi terhadap rencana pembentukan pasar bebas Asia Timur (East Asia Free Trade) ataupun pembentukan masyarakat Asia Timur (East Asian Community).
c. Memandang penting upaya untuk mengembangkan hubungan dengan sesama negara berkembang melalui frum Oki, G-7, GNB. Tentu, hubungan dengan negara-negara kawasan Eropa dan AS pun tetap harus dimasukkan kedalam skala prioritas.
Berdasarkan tiga prioritas tersebut, bangsa Indonesia perlu melakukan serangkaian diplomasi untuk menyeimbangkan posisi tawar-menawar terhadap kemauan organisasi internasional, terutama Bank Dunia, WTO, dan IMF.
Namun, sebelum langkah itu diambil, bangsa Indonesia perlu lebih dulu mempersiapkan diri melalui integrasi ekonomi regional. Dikawasan Asia Pasifik, misalnya ada APEC (Asia Pacisif Economi Cooperation) yang dimotori negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat dan Kanada. Dalam sekala yang lebih kecil juga ada Nort American Free Trade Area (NAFTA), ASEAN Free Trae Area (AFTA), dan sebagainya
2. Memperkuat Akar Kebangsaan
Inti dari upaya memperkuat akar kebangsaan adalah berusaha mengeksplorasi kekuatan lokal, baik dari segi pemikiran maupun aksi untuk makin memberdayakan diri (masyarakat Indonesia).
Dalam segi pemikiran, perlu terus diupayakan pengembangan pemikiran dan perumusan kebijakan untuk menumbuh-kembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di tengah masyarakat. Hal ini setidaknya mengacu pada temuan penelitian Benjamin White (1991), bahwa diwilayah pedesaan ada berbagai upaya diversifikasi pencarian nafkah diluar aktivitas pertanian. terutama disekor jasa (warung, pasar, tambal ban, penarik becak, pedagang eceran). Demikian pula temuan penelitian Daniel Wolf (1992) menunjukkan, bahwa sector-sector industri sangat tergantung pada sector-sector informal.
Dalam tataran aksi, salah satu caranya adalah menghidupkan kembali program Inpres Desa Tertinggal (IDT), lembaga keuangan mikro ataupun koperasi kredit, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM), mobilisasi daya dan dana dalam negeri (misalnya melalui program jaminan social nasional), menggunakan produk dalam negeri, serta membangun rasa solidaritas bangsa secara keseluruhan. Perlu dilakukan upaya-upaya revitalisasi kawasan wisata.
Berkaitan dengan peningkatan SDM, perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, contoh : melalui optimalisasi fungsi Balai Latihan Kerja (BLK) dan kerjasama dengan sektor swasta, menghidupkan kelompok belajar antar warga masyarakat (kelompok tani, nelayan, tukang kayu, pedagang kecil), mengintensifkan kerja para penyuluh lapangan, dan sebagainya.
Dalam hal meningkatkan SDM, selain meningkatkan wawasan dan keterampilan, perlu pula dilakukan pengembangan mutu kepribadian. Dalam hal ini, Limas Sutanto menawarkan 4 proses utama melalui pendidikan dan pelatihan holistik.
Pertama, penangkalan terhadap kekuatan - kekuatan negatif seperti kesenangan berlebih pada hal-hal duniawi, gaya hidup konsumtif, mentalitas by pass, dan mentalitas instant.
Kedua, Proses keteladanan, yaitu diambilnya model-model manusia yang berhasil dalam hal ketangguhan kepribadian.
Ketiga, perluasan penggunaan iptek dan keterampilan yang terjadi terus-menerus.
Keempat, peningkatan kehidupan religius seseorang.

Load comments